Selasa, 21 Januari 2025

Kita Ke Sana




Pagi itu, matahari terbit dengan perlahan, menyinari kota yang masih sunyi. Di sebuah sekolah menengah atas, siswa-siswi kelas tiga berkumpul di halaman sekolah, berpakaian rapi dengan seragam yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama tiga tahun terakhir.


Hari ini adalah hari perpisahan mereka. Hari terakhir mereka bersama-sama di tempat yang telah menjadi kedua bagi mereka. Suasana haru memenuhi udara, terlihat dari mata yang berkaca-kaca, dari senyum yang terpaksa, dan dari pelukan yang erat.


Amanda, salah satu siswi yang sangat populer di sekolahnya, berdiri di depan teman-temannya. Dia memegang mikrofon dengan tangan yang sedikit gemetar, menyampaikan pidato perpisahan yang telah dia tulis dengan hati yang berat.


"Kita telah melewati banyak hal bersama-sama," kata Amanda, suaranya bergetar. "Kita telah tertawa, kita telah menangis, kita telah berjuang, dan kita telah berhasil. Kita telah menjadi keluarga di sini, dan hari ini, kita harus berpisah."


Teman-temannya mengangguk, beberapa di antaranya menitikkan air mata. Mereka tahu bahwa perpisahan ini tidak hanya berarti berpisah dari sekolah, tetapi juga berpisah dari masa-masa indah yang telah mereka jalani bersama-sama.


Setelah pidato Amanda, siswa-siswi kelas tiga melakukan ritual perpisahan yang telah menjadi tradisi di sekolah mereka. Mereka menukar kenangan, berpelukan, dan berjanji untuk tetap menjaga hubungan mereka meskipun mereka akan berpisah.


Ketika ritual perpisahan selesai, siswa-siswi kelas tiga berjalan keluar dari gerbang sekolah untuk terakhir kalinya. Mereka membawa serta kenangan, pengalaman, dan harapan untuk masa depan yang cerah.


Perpisahan itu memang menyakitkan, tetapi mereka tahu bahwa itu adalah bagian dari kehidupan. Mereka harus melanjutkan perjalanan mereka, mengejar impian mereka, dan membuat kenangan baru. Namun, mereka juga tahu bahwa kenangan tentang hari perpisahan itu akan tetap hidup di hati mereka selamanya.

0 Comments:

Posting Komentar